Pengamat politik Sahirul Alem menyesalkan rencana kepolisian yang akan menyeret pihak-pihak yang ikut mengomentari video dialog bahasa Inggris Presiden Joko di Brookings Institution Amerika yang diunggah di situs Youtube.
“Kurang kerjaan saja, jika aparat kepolisian menyasar orang-orang yang mengomentari video Jokowi di Youtube tersebut. Polisi kabarnya akan melacak ip adress akun-akun yang memberikan komentar di ‘kolom’ video itu,” ungkap Sahirul Alem kepada intelijen (05/11).
Menurut Alem, jika pada akhirnya ada yang ditangkap gara-gara komentar di kolom Youtube video dialog Jokowi, semakin jelas bahwa penguasa memang tidak mau dikritik. “Ini sudah mengalami kemundurun demokrasi. Demokrasi yang dibangun berdarah-darah dihentikan oleh seorang Jokowi yang bukan tokoh reformasi,” ungkap Alem.
Kata Alem, selama Orde Baru, Jokowi itu bukan tokoh pergerakan maupun aktivis mahasiswa. “Jokowi hanya dibesarkan oleh media. Pemimpin instan, tetapi ketika dikritik Jokowi mulai membungkam. Itulah ciri-ciri pemimpin instan,” ungkap Alem.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menyerahkan ke kepolisian netizen yang mengkritik dialog bahasa Inggris Presiden Joko Widodo di Brookings Institution AS.
“Ya itu domainnya di kepolisian, mereka yang tahu, tapi yang jelas nama-nama itu sudah diketahui,” ujar Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/11).
Video dialog Jokowi yang berdurasi 5,47 menit itu dipublikasikan oleh MandongTV, pada 31 Oktober 2015. Dalam video di Youtube itu, Presiden Jokowi meminta Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi dan Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong untuk menjawab pertanyaan peserta forum.
Melihat video tersebut, sejumlah netizen berkomentar. Umumnya netizen memberi tanggapan negatif atas apa yang disajikan di video itu.(ts/pm)
Sumber : Eramuslim.com