-->

Minggu, 02 Agustus 2015

4 Pasal AHWA Ini yang Bikin Panas Muktamar NU


Jombang - Sidang pleno pembahasan tata tertib yang mengatur pemilihan Rais Aam memanas, Minggu jelang tengah malam, 2 Agustus 2015. Pimpinan sidang terpaksa menskors sidang dan membacakan salawat karena banyak kyai yang adu suara.

Seperti yang diprediksi sebelumnya, pembahasan tata tertib soal penentuan Rais Aam atau dewan syuro melalui mekanisme AHWA (ahlul halli wal 'aqdi atau musyawarah mufakat) yang membuat panas. Puluhan delegasi yang mewakili cabang maupun wilayah berebut berbicara meski pimpinan sidang baru mulai membaca Bab VII pasal 19 yang mengatur pemilihan Rais Aam.

"Ini pasal yang ramai dibicarakan media massa, " kata pimpinan sidang KH Slamet Efendi Yusuf, Minggu 2 Agustus 2015.

Inilah bunyi pasal tersebut :

1. Pemilihan Rais Aam dilakukan secara musyawarah mufakat melalui sistem AHWA.
2. AHWA terdiri dari 9 orang ulama yang telah diusulkan oleh pengurus wilayah dan pengurus cabang.
3.Panitia membuat tabulasi nama-nama yang masuk secara terbuka.
4. Apabila nama calon AHWA yang muncul lebih dari 9 orang maka dilakukan rangking dan 9 nama teratas ditetapkan sebagai AHWA.

Banyaknya muktamirin yang hendak menyampaikan pendapat soal pasal-pasal ini memaksa pimpinan sidang meminta peserta mendaftar terlebih dulu secara tertulis untuk mendapat kesempatan bicara. Tercatat lebih dari 113 muktamirin yang mendaftar sebagai peserta bicara.

Para muktamirin juga sempat meneriaki pimpinan sidang yang meminta penyampaian pendapat ini hanya diwakili pengurus wilayah. "Kami minta hak bicara karena belum tentu sikap cabang sama dengan wilayah, " protes satu perwakilan cabang.

Para peserta beradu argumen soal mekanisme penentuan pasal tersebut. Sebagian meminta dilakukan pemungutan suara langsung untuk menentukan pemilihan AHWA, sedangkan yang lain memaksa tetap membahas pasal per pasal dengan konsekuensi sidang pleno berjalan sampai subuh.

Sempat terjadi aksi merebut mikrophone yang sedang digunakan satu peserta oleh peserta lainnya. "Tolong pak kyai, kita ini diliput televisi," kata Slamet mengingatkan agar saling menahan diri. 
-tempo.co-

Previous
Next Post »